Senin, 05 Januari 2015

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pascaoperasi Sectio Caesaria

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PASCAOPERASI SECTIO CAESARIA

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen Pengajar : Dra. Aah Hilyati, M.Pd









Kelompok 6
Tingkat 1C

Disusun Oleh :




1.    Nita Dwi Lestari                  P27901114112
2.    Sahril Lova                           P27901114122
3.    Wildan Ramadhan               P27901114129

Semester 1


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
Jalan Dr. Sitanala Desa Karang Sari Kec. Neglasari
Kota Tangerang

2014

KATA PENGANTAR


Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan  banyak nikmat kepada penulis sehingga atas berkat dan rahmat serta karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah  yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pascaoperasi Sectio Caesaria” ini sesuai dengan waktu yang penulis rencanakan. Makalah ini dibuat sebagai tugas kelompok mata kuliah Bahasa Indonesia pada semester 1.
Terima kasih penulis sampaikan juga kepada dosen pengajar Bahasa Indonesia yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengerjakan tugas ini, sehingga penulis menjadi lebih mengerti dan memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien pascaoperasi sectio caesaria. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini baik mendukung secara moral maupun materil.
Ibarat pepatah “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”, maka begitu pula halnya dengan makalah ini, walaupun penulis telah berusaha semaksimal mungkin, akan tetapi penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan, kekurangan dan kehilafan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu, saran dan kritik tetap penulis harapkan demi perbaikan makalah ini ke depan. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.



Tangerang, 10 Desember 2014


                                                                                                      Penulis     




DAFTAR ISI


Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I      PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan Makalah ............................................................................... 2           

BAB II    PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1. Pengertian Sectio Caesaria .......................................................................         3
2.2. Etiologi/Penyebab Sectio Caesaria .................................................................. 3
2.3. Tanda dan Gejala Pascaoperasi Sectio Caesaria .............................................. 4
2.4. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................... 4
2.5. Penatalaksanaan ............................................................................................... 4
2.6. Proses Keperawatan Pada Pasien Pascaoperasi Sectio Caesaria ..................... 5

BAB III   PENUTUP ..................................................................................... ..... 10
3.1. Kesimpulan ............................................................................................... ..... 10
3.2. Saran ......................................................................................................... ..... 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... ..... 11



BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Saat ini persalinan dengan sectio caesaria bukan hak yang baru lagi bagi para ibu maupun golongan ekonomi menengah keatas. Hal ini terbukti dengan meningkatnya angka persalinan dengan sectio caesarea di Indonesia. Peningkatan persalinan dengan sectio caesaria ini disebabkan oleh berkembangnya indikasi dan semakin kecilnya resiko dan mortalitas pada sectio caesaria yang didukung dengan kemajuan teknik operasi dan anesthesia, serta ampuhnya antibiotika dan keotherapie. (Mochtar, 1998).
Peningkatan persalinan sectio caesarea di Indonesia dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dari 5% menjadi 20% (Danfort, 2002) dan tercatat dari 35,7% - 55,3% ibu melahirkan dengan proses sectio caesaria. Di jawa timur, rumah sakit umum daerah Dr. Soetomo sebagai Rumah Sakit rujukan terbesar di Jawa Timur ditemukan bahwa angka kejadian persalinan sectio caesaria pada tahun 2006 adalah 1393 kasus (22,4%) dari total persalinan (Jurnal Penelitian, 2006).
Melahirkan dengan sectio caesaria seharusnya dilakukan dengan jalan operasi. Indikasi medis ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor janin dan faktor ibu. Faktor janin terdiri dari bayi terlalu besar, kelainan letak, ancaman gawat janin, janin abnormal, faktor plasenta, kelainan tali pusat dan bayi kembar, sedangkan faktor ibu tediri dari usia, jumlah anak yang  dilahirkan (paritas), tulang panggul, riwayat persalinan yang lalu dengan sectio caesarea.
Kalau ibu baru satu kali bedah caesar, silahkan saja melahirkan alami. Umumnya keberhasilannya 80 persen. Jadi, sekali dibedah caesar tidak selalu harus caesar lagi. Biasanya, kita lihat saat proses persalinan, kalau silahkan melahirkan normal, toh ada keberhasilan 70%. Kalau macet baru bedah caesar. Tidak terlambat, masih ada waktu. Kegagalan memang bisa terjadi, misalnya karena proses persalinan tidak maju atau macet akibat tali pusat pendek.
Operasi Sesar atau Sectio Caesaria adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu/laparatomi dan rahim/histerotomi untuk mengeluarkan bayi.
Jadi, berdasarkan latar belakang tersebut penulis bermaksud membahas tentang bedah/operasi caesar dan bagaimana asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada pasien pascaoperasi caesar.

1.2.    Rumusan Masalah
          Rumusan masalah yang dapat dibahas pada makalah ini adalah:
1.    Apa pengertian sectio caesaria?
2.    Apa etiologi/penyebab dilakukannya sectio caesaria?
3.    Apa saja tanda dan gejala yang timbul pascabedah sectio caesaria?
4.    Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan?
5.    Apa saja penatalaksanaan yang dapat dilakukan?
6.    Bagaimana proses keperawatan pada pasien pascabedah sectio caesaria?

1.3.    Tujuan Penulisan Makalah
          Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.    Untuk mengetahui dan mengenal apa itu operasi sectio caesaria.
2.    Untuk mengetahui dan memahami penyebab dilakukannya operasi sectio caesaria.
3.    Untuk mengetahui dan memahami tanda dan gejala yang timbul pascaoperasi sectio caesaria.
4.    Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan kepada pasien pascaoperasi sectio caesaria.
5.    Untuk mengetahui penatalaksanaan yang dapat dilakukan kepada pasien pascaoperasi sectio caesaria.
6.    Untuk mengetahui bagaimana proses keperawatan yang dilakukan kepada pasien pascaoperasi sectio caesaria.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.    Pengertian Sectio Caesaria
Peningkatan persalinan dengan sectio caesaria ini disebabkan oleh berkembangnya indikasi dan makin kecilnya resiko dan mortalitas pada sectio caesaria yang didukung dengan kemajuan teknik operasi dan anesthesia, serta ampuhnya antibiotika dan keotherapie. (Mochtar, 1998). Sectio caesarea adalah melahirkan janin yang sudah mampu hidup (beserta plasenta dan selaput ketuban) secara transabdominal melalui insisi uterus. (Benson, 2008).
Alasan melakukan sectio caesaria yang tidak di rencanakan meliputi : keluarnya bayi lambat atau berhenti sama sekali, bayi menunjukkan tanda-tanda bahaya seperti detak jantung yang sangat cepat atau lambat, masalah dengan plasenta atau tali pusat menempatkan bayi pada resiko, bayi terlalu besar dilahirkan melalui vagina (Prawirohardjo, 2008). Alasan melakukan sectio caesarea yang di rencanakan meliputi : bayi tidak dalam posisi dekat turunnya kepala dengan tanggal jatuh tempo persalinan, penyakit jantung yang dapat di perburuk karena stres kerja, infeksi yang dapat menular ke bayi selama kelahiran pervaginam, ibu yang lebih dari satu bayi (kelahiran multipel), riwayat sectio caesarea sebelumnya (Prawirohardjo, 2008).
Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh Peel dan Chamberlain, indikasi untuk sectio caesarea adalah disproporsi janin panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11%, pernah sectio caesarea 11%, kelainan letak janin 10%, pre eklamsi dan hipertensi 7% dengan angka kematian ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin 14,5% (Winkjosastro, 2005).
Dari teori-teori tentang sectio caesaria diatas, dapat disimpulkan operasi sesar/sectio caesaria adalah operasi untuk mengeluarkan bayi tanpa melalui liang persalinan (vagina), dalam operasi tersebut dokter membedah dinding perut dan rahim ibu guna mengeluarkan bayi. Operasi Caesar umumnya berlangsung 20-90 menit dan dapat dilakukan baik karena alasan medis maupun non-medis (personal). Sebuah prosedur persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter yang beranggotakan spesialis kandungan, anak, anastesi serta bidan.

2.2.    Etiologi/Penyebab Sectio Caesaria
          Selain dari keinginan si ibu, operasi caesar juga dapat dilakukan karena adanya hal-hal sebagai berikut:
1.        Presentasi bokong atau kaki, yaitu bokong atau kaki keluar duluan dibandingkan kepala (terjadi pada 3-4% kasus persalinan).
2.        Presentasi pundak (sungsang), yaitu pundak keluar duluan.
3.        Pernah menjalani operasi caesar.
4.        Bayi raksasa (baby giant), yaitu bayi dengan berat mendekati atau diatas 4,5 kg.
5.        Ukuran pinggul ibu terlalu kecil/disposisi kepala panggul.
6.        Ari-ari lepas duluan, biasanya karena plasenta tidak terletak di rahim bagian atas.
7.         Tali plesenta bermasalah atau melilit tubuh bayi sehingga menghalangi pernafasan dan asupan nutrisinya.
8.         Plasenta previa, yaitu ari-ari menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir.
9.         Bayi kembar banyak (lebih dari 2).
10.     Kontraksi terlalu lemah atau berhenti.
11.     Terjadi pendarahan yang terlalu banyak dan membahayakan calon ibu.
12.     Leher rahim (serviks) tidak sepenuhnya terbuka.
13.     Hydrocephalus pada bayi.
14.     Ibu bayi memiliki masalah kesehatan antara lain hipertensi dan diabetes, yang membutuhkan penanganan intensif.


2.3.    Tanda dan Gejala Pascaoperasi Sectio Caesaria
          Tanda dan gejala umum yang timbul pada pasien pascaoperasi sectio caesaria, yaitu:
1.        Pusing.
2.        Mual muntah.
3.        Nyeri di sekitar luka operasi.
4.        Adanya luka bekas operasi.
5.        Peristaltik usus menurun.

2.4     Pemeriksaan Penunjang
          Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memantau kondisi pasien pascaoperasi sectio caesaria antara lain:
1)  Analgesik
Untuk wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat suntik 75 mg meperidin IM setiap 3 jam sekali bila perlu untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara serupa 10-15 mg morfin sulfat. Obat-obatan antiemetik, misalnya prometasin 25 mg biasanya diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik.
2)  Tanda-tanda vital
Setelah dipindahkan ke ruang rawat, maka tanda-tanda vital pasien harus di evaluasi setiap 4 jam sekali. Jumlah urin dan jumlah darah yang hilang serta keadaan fundus uteri harus diperiksa, adanya abnormalitas harus dilaporkan.Selain itu suhu juga perlu diukur.
3)  Terapi cairan dan diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan, termasuk Ringer Laktat, terbukti sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya. Meskipun demikian, jika output urin di bawah 30 ml per jam, pasien harus dievaluasi kembali. Bila tidak ada manipulasi intra abdomen yang ekstensif atau sepsis, pasien seharusnya sudah dapat menerima cairan per oral satu hati setelah pembedahan.Jika tidak, pemberian infus boleh diteruskan.Paling lambat pada hari kedua setelah operasi, sebagian besar pasien sudah dapat menerima makanan biasa.
4)  Vesika urinaria/kandung kemih dan usus
Kateter sudah dapat dilepas dari vesika urinaria setelah 12 sampai 24 jam post operasi. Kemampuan mengosongkan urinaria harus dipantau sebelum terjadi distensi. Gejala kembung dan nyeri akibat inkoordinasi gerak usus dapat menjadi gangguan pada hari ke-2 dan ke-3 post operasi. Pemberian supositoria rectal akan diikuti dengan defekasi atau jika gagal, pemberian enema dapat meringankan keluhan pasien.
5)  Ambulasi
Pada hari pertama post operasi, pasien dengan bantuan perawat dapat bangun dari tempat tidur sebentar sekurang-kurangnya sebanyak 2 kali. Ambulasi dapat ditentuka waktunya sedemikian rupa sehingga preparat analgesik yang baru saja diberikan akan mengurangi rasa nyeri. Pada hari kedua, pasien dapat berjalan ke kamar mandi dengan pertolongan.Dengan ambulasi dini, trombosit vena dan emboli pulmoner jarang terjadi.
6)  Perawatan luka
Luka insisi diinspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang relative ringan tampak banyak plester sangat menguntungkan.Secara normal jahitan kulit diangkat pada hari ke empat setelah pembedahan.Paling lambat pada hari ke tiga post partum, pasien sudah dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.
7)  Laboratorium
Secara rutin Ht diukur pada pagi hari setelah operasi, Ht harus segera dicek kembali bila terdapat kehilangan darah atau bila terdapat oliguri atau keadaan lain yang menunjukan hipovolemia. Jika Ht stabil, pasien dapat melakukan ambulasi tanpa kesulitan apapun dan kemungkinan kecil jika terjadi kehilangan darah lebih lanjut.


2.5         Penatalaksanaan
Menurut Cunningham (2006) penatalaksanaan untuk klien post sectio caesarea meliputi :
a)             Observasi kesadaran, dilakukan oleh ahli bedah karena ibu dapat mengetahui hampir semua proses peralihan.
b)             Mengukur TTV, meliputi tensi, nadi, suhu, pernafasan.
c)             Diet
-       Pemberian sedikit minum sudah dapat diberikan 6-10 jam pasca bedah berupa air putih.
-       Ibu menyusui harus mendapatkan tambahan kalori 500 kalori tiap harimakan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral, vitamin yang cukup.
d)            Mobilisasi
-       Mobilisasi secara bertahap berguna untuk membantu penyembuhan penderita secara psikologi.
-       Miring ke kanan dan ke kiri di mulai 6-10 jam pasca operasi (setelah sadar).
-       Hari kedua pasien bisa duduk selama 5 menit dan hari berikutnya pasien bisa berjalan.
e)             Periksa TTV rutin.
f)              Payudara
Payudara dibersihkan setiap hari sebelum mandi.
g)             Kembalinya Menstruasi
Menstruasi biasanya terjadi 12 minggu setelah persalinan pada wanita yang tidak menyusui dan 36 minggu setelah persalinan pada yang menyusui.
f)       Keluarga Berencana.


2.6.    Proses Keperawatan Pada Pasien Pascaoperasi Sectio Caesaria
Proses keperawatan melalui beberapa tahap, yaitu:
2.6.1. Pengkajian
2.6.1.1. Data Umum
§  Tgl Masuk Rumah Sakit     :30 November 2014
§  Jam                                      :08.00 WIB
§  Ruang Rawat/Kelas            :Kebidanan Wira 2/Kelas 1
§  No. RM                               :009646
          2.6.1.2. Identitas Pasien
§  Nama                                    :Ny. Suhartini
§  Jenis Kelamin                        :Perempuan
§  Usia                                       :35 Tahun
§  Agama                                  :Kristen Protestan
§  Alamat                                  :Jl. Angsana 2 Blok C No. 20 Tgr
§  Telp.                                     : -
§  Alasan Masuk Rumah Sakit :Persalinan anak pertama dengan
status G2P 0A 1.
2.6.1.3. Pemeriksaan Fisik
§  Berat Badan                        :65 Kg
§  Tinggi Badan                      :150 Cm
§  Temperatur Tubuh              :354  oC
§  Nadi                                    :78 dpm
§  Respirasi                             :22 x/menit
§  Tekanan Darah                    :120/80 mmHg
§  Pemeriksaan Penunjang      :Laboratorium DL, HB, Ht

2.6.1.4. Keluhan
§  Data Subjektif        :Pasien mengeluh sakit pada luka pasca operasi sesar, ingin bisa berjalan sendiri sambil menimang bayinya, mual.
§  Data Objektif          :Pasien terlihat sangat lemas dan merintih kesakitan, TD :120/80 mmHg, S :354 oC.

2.6.2. Masalah Keperawatan
 Pasien mengalami ketidakmampuan dalam bermobilisasi secara aktif.

2.6.3. Rencana Tindakan Keperawatan
 Rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan, antara lain:
§  Mengkaji kemampuan pasien dalam bermobilisasi.
§  Observasi TTV.
§  Menjaga rasa nyaman pasien.

2.6.4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat, yaitu:
§  Mengobservasi TTV pasien.
§  Menginjeksi obat Ceftriaxone & Ranitidine, dengan instruksi dari dokter.
§  Memandikan dan membersihkan luka pascaoperasi.
§  Membantu melakukan mobilisasi pasif.

Cara kerja/Langkah-langkahnya :
a.    TTV pasien
Persiapan alat :
1.    Tensimeter/sphygmomanometer
2.    Stetoskop
3.    Jam tangan detik/stopwatch
4.    Termometer digital
5.    Kapas alkohol
6.    Sarung tangan
7.    Pena atau pensil dan lembar kerja/rekam medik

Untuk Mengukur Suhu di Aksila
-       Hidupkan termometer dengan menekan tombol khusus.
-       Membuka pakaian atas pasien.
-       Masukkan termometer ke tengah aksila pasien, anjurkan pasien menjepitnya dan lengan bawah menyilang diatas dada, sampai termometer mengeluarkan suara “tiit tiit tiit”.
-       Mengangkat termometer dan membersihkannya dengan kapas alkohol.
-       Baca hasilnya dan dokumentasikan.
-       Bantu pasien memakai/merapikan bajunya kembali.

Untuk Mengukur Tekanan Darah
-       Pasang mangset ± 2jari diatas nadi brakialis.
-       Letakkan stetoskop tepat pada nadi brakialis.
-       Pastikan pompa sudah terkunci, lalu pompa terus sampai tidak terdengar bunyi denyutan.
-       Observasi dengan mendengarkan bunyi denyutan pertama hingga bunyi denyutan terakhir.
-       Dokumentasikan hasilnya.

Untuk Menghitung Nadi
-       Letakkan ujung jari telunjuk dan jari tengah diatas nadi radialis, tekan sampai teraba denyutan.
-       Setelah teraba denyutan, mulailah menghitung 30 detik.
-       Dan kalikan hasilnya dengan 2.
-       Dokumentasikan hasilnya.

Untuk Menghitung Pernapasan
-       Letakkan lengan pasien pada posisi rileks menyilang abdomen atau dada bagian bawah.
-       Observasi siklus pernapasan lengkap (sekali inpirasi dan sekali ekspirasi).
-       Sekali siklus pernapasan lengkap, perhatikan jarum jam penunjuk detik dan mulailah menghitung frekuensi pernapasan.
-       Jika teratur selama 30detik lalu dikalikan 2, jika tidak teratur lakukan penghitungan selama satu menit penuh (untuk bayi/anak kecil hitung sampai satu menit).
-       Selama menghitung, perhatikan apakah irama pernapasan dangkal, normal, atau terjadi perubahan. Dokumentasikan hasilnya.
    
b.      Menginjeksi Pasien
Persiapan alat :
1.   Spuit 10cc yang berisi Ceftriaxone 10cc (sesuai instruksi dokter) 3cc yang berisi Ranitidine 2cc (sesuai instruksi dokter).
2.   Spuit 3cc yang berisi Ranitidine 2cc (sesuai instruksi dokter).

Cara Kerja/Langkah-langkahnya :
-       Sterilkan selang besar berwarna kuning/kecoklatan di dekat abocath dengan menggunakan kapas alkohol.
-       Matikan tetesan cairan infus terlebih dahulu, dengan cara melipat selang infus atau mematikannya secara langsung pada roll pengatur, jika sudah mati suntikkan obat injeksi secara perlahan sampai habis.
-       Nyalakan kembali infusannya, cabut spuit.
-       Dokumentasikan.

c.       Membantu Melakukan Mobilisasi Pasif
-       Menganjurkan pada pasien supaya miring kanan & miring kiri.
-       Bantu ibu menekuk kakinya dan mengganti pakaian bawahnya.
-       Mengganti dan mengenakan pakaian atas pasien dengan melakukan mobilisasi secara pasif pada pasien.
-       Dokumentasikan.


2.6.5. Evaluasi
Beberapa hari kemudian, pasien sekarang sudah bisa bermobilisasi secara aktif, pasien sudah mampu menimang anaknya jalan-jalan.


BAB III
PENUTUP

3.1.    Kesimpulan
          Bedah Caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena berisiko kepada komplikasi medis lainnya. Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus/rahim melalui dinding depan perut, vagina atau suatu histerektomia untuk janin dari dalam rahim yang bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan baik pada ibu maupun pada bayi. Sectio caesaria adalah suatu tidakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan diatas 500gram , melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Operasi Sesar atau Sectio Caesaria adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu/laparatomi dan rahim/histerotomi untuk mengeluarkan bayi tanpa melalui liang persalinan (vagina), dalam operasi tersebut dokter membedah dinding perut dan rahim ibu guna mengeluarkan bayi. Berdasarkan pengamatan yang penulis temukan di lapangan selama melaksanakan studi penelitian bahwa teori tentang imobilitas/gangguan mobilisasi ada hubungan yang bermakna dengan pasien Ny. Suhartini.

3.2.    Saran
          Berdasarkan pengamatan  penulis Ny. Suhartini harus menjaga kesehatan tubuhnya dengan banyak istirahat, dan menjaga pola makan agar dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya, dan hindari mengangkat beban berat sampai dengan ± 5 bulan untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka pascaoperasi persalinan sesar/sectio caesaria. Dalam menangani kasus seperti ini diharapkan mahasiswa/i dapat mengetahui Asuhan Keperawatan dari penyakit tersebut.


DAFTAR PUSTAKA





1 komentar:

  1. The King Casino Online ᐈ Get 50% up to €/$100 + 50 Free Spins
    Get nba매니아 50% up to €/$100 + 1xbet 먹튀 50 Free Spins · Visit the official site · https://jancasino.com/review/merit-casino/ Log in poormansguidetocasinogambling to kadangpintar your Casino Account · If you do not agree to the terms of the terms of the agreement,

    BalasHapus