Kamis, 01 Januari 2015

Makalah Gangguan Perilaku "Abnormal"

MAKALAH

GANGGUAN PERILAKU
(Memahami Perilaku Abnormal)


Mata Kuliah : Psikologi
Dosen Pengajar : Irza Kandar, M.Psi








Kelompok 1
Tingkat 1C

Disusun Oleh :


1.      Alvianthy Putry Utamy
2.      Denisa Bidari
3.      Dian Maharani S.P
4.      Esra Ismawaty H.
5.      Nita Dwi Lestari
6.      Novitri Selaras
7.      Nurul Wijayanti
8.      Sahril Lova
9.      Vina Apriana Yusup
10.  Wildan Ramadhan
11.  Yeni Rizika

Semester 1

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
Jalan Dr. Sitanala Desa Karang Sari Kec. Neglasari
Tangerang
2014


KATA PENGANTAR


Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan  banyak nikmatnya kepada penulis sehingga atas berkat dan rahmat serta karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah  yang berjudul “Gangguan Perilaku” ini sesuai dengan waktu yang penulis rencanakan.
Terima kasih penulis sampaikan juga kepada dosen pengajar Psikologi yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengerjakan tugas ini, sehingga penulis menjadi lebih mengerti dan memahami tentang gangguan perilaku abnormal, tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini baik mendukung secara moril maupun materil.
Ibarat pepatah “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”, maka begitu pulalah dengan halnya makalah ini, walaupun penulis telah berusaha semaksimal mungkin, akan tetapi penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan, kekurangan dan kehilapan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu, saran dan kritik tetap penulis harapkan demi perbaikan makalah ini ke depan. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.



Tangerang, 25 November 2014


                                                                                                      Penulis     




DAFTAR ISI


Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................

BAB I      PENDAHULUAN ........................................................................
1.1. Latar Belakang Perilaku Abnormal ....................................................................
1.2. Rumusan Masalah ..............................................................................................
1.3. Tujuan Makalah ........................................................................................ .........            

BAB II    PEMBAHASAN GANGGUAN PERILAKU ...........................
2.1. Pengertian Perilaku Abnormal ..................................................................
2.2. Penyebab Perilaku Abnormal
2.3. Faktor Abnormalitas .................................................................................
2.4. Karakteristik Perilaku Abnormal ..............................................................
2.5. Jenis-jenis Perilaku Abnormal ...................................................................

BAB III   PENUTUP .....................................................................................
3.1. Kesimpulan ...............................................................................................
3.2. Saran .........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN


1.1         Latar Belakang Perilaku Abnormal
Abnormalitas dilihat dari sudut pandang biologis berawal dari pendapat bahwa patologi otak merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal. Pandangan ini ditunjang lebih kuat dengan perkembangan di abad ke-19 khususnya pada bidang anatomi faal, neurologi, kimia dan kedokteran umum.
Berbagai penyakit neurologis saat ini telah dipahami sebagai terganggunya fungsi otak akibat pengaruh fisik atau kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologis atau tingkah laku.Akan tetapi kita harus perhatikan bahwa kerusakan neurologis tidak selalu memunculkan tingkah laku abnormal, dengan kata lain tidak selalu jelas bagaimana kerusakan ini dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Fungsi otak yang kuat bergantung pada efisiensi sel saraf atau neuron untuk mentransmisikan suatu pesan melalui synaps ke neuron berikutnya dengan menggunakan zat kimia yang disebut neurotransmiter. Dengan ketidakseimbangan bio kimia otak inilah yang mendasari perspektif biologis munculnya tingkah laku abnormal. Akan tetapi selain dari patologi otak sudut pandang biologis juga memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal ditentukan oleh gen yang diturunkan.


1.2.    Rumusan Masalah
a.    Apa itu perilaku abnormal ?
b.    Apa penyebab perilaku abnormal ?
c.    Apa saja faktor-faktor abnormalitas ?
d.   Apa karakteristik perilaku abnormal ?
e.    Apa saja jenis-jenis perilaku abnormal ?

1.3.    Tujuan Makalah
a.    Mengetahui pengertian perilaku abnormal.
b.    Mengetahui penyebab perilaku abnormal.
c.    Mengetahui faktor-faktor abnormalitas.
d.   Mengetahui karakteristik perilaku abnormal.
e.    Mengetahui jenis-jenis perilaku abnormal.


BAB II
PEMBAHASAN


GANGGUAN PERILAKU

2.1.    Pengertian Perilaku Abnormal
Perilaku abnormal adalah kekalutan mental & melampaui titik kepatahan mental atau dikenal sebagai nervous breakdown. (get mental breakdown). Sepanjang sejarah budaya barat, konsep perilaku abnormal telah dibentuk, dalam beberapa hal, oleh pandangan dunia waktu itu. Contohnya, masyarakat purba menghubungkan perilaku abnormal dengan kekuatan supranatural atau yang bersifat ketuhanan. Para arkeolog telah menemukan kerangka manusia dari Zaman Batu dengan lubang sebesar telur pada tengkoraknya. Satu interpretasi yang muncul adalah bahwa nenek moyang kita percaya bahwa perilaku abnormal merefleksikan serbuan/invasi dari roh-roh jahat. Mungkin mereka menggunakan cara kasar yang disebut trephination-menciptakan sebuah jalur bagi jalan keluarnya roh tertentu.
Pada abad pertengahan kepercayaan tersebut makin meningkat pengaruhnya dan pada akhirnya mendominasi pemikiran di zaman pertengahan. Doktrin tentang penguasaan oleh roh jahat meyakini bahwa perilaku abnormal merupakan suatu tanda kerasukan oleh roh jahat atau iblis. Rupanya, hal seperti ini masih dapat dijumpai di negara kita, khususnya di daerah pedalaman. Pernah saya melihat di tayangan televisi yang mengisahkan tentang seorang ibu dirantai kakinya karena dianggap gila. Oleh karena keluarga meyakini bahwa sang ibu didiami oleh roh jahat, maka mereka membawa ibu ini pada seorang tokoh agama di desanya. Dia diberi minum air putih yang sudah didoakan. Mungkin inilah gambaran situasi pada abad pertengahan berkaitan dengan penyebab perilaku abnormal. Lalu apa yang dilakukan waktu itu? Pada abad pertengahan, para pengusir roh jahat dipekerjakan untuk meyakinkan roh jahat bahwa tubuh korban yang mereka tuju pada dasarnya tidak dapat dihuni. Mereka melakukan pengusiran roh jahat (exorcism) dengan cara, misalnya: berdoa, mengayun-ayunkan tanda salib, memukul, mencambuk, dan bahkan membuat korban menjadi kelaparan. Apabila korban masih menunjukkan perilaku abnormal, maka ada pengobatan yang lebih kuat, seperti penyiksaan dengan peralatan tertentu.
Keyakinan-keyakinan dalam hal kerasukan roh jahat tetap bertahan hingga bangkitnya ilmu pengetahuan alam pada akhir abad ke 17 dan 18. Masyarakat secara luas mulai berpaling pada nalar dan ilmu pengetahuan sebagai cara untuk menjelaskan fenomena alam dan perilaku manusia. Akhirnya, model-model perilaku abnormal juga mulai bermunculan, meliputi model-model yang mewakili perspektif biologis, psikologis, sosiokultural, dan biopsikososial.
Di bawah ini adalah penjelasan-penjelasan singkatnya,
Perspektif biologis: Seorang dokter Jerman, Wilhelm Griesinger (1817-1868) menyatakan bahwa perilaku abnormal berakar pada penyakit di otak. Pandangan ini cukup memengaruhi dokter Jerman lainnya, seperti Emil Kraepelin (1856-1926) yang menulis buku teks penting dalam bidang psikiatri pada tahun 1883. Ia meyakini bahwa gangguan mental berhubungan dengan penyakit fisik. Memang tidak semua orang yang mengadopsi model medis ini meyakini bahwa setiap pola perilaku abnormal merupakan hasil dari kerusakan biologis, namun mereka mempertahankan keyakinan bahwa pola perilaku abnormal tersebut dapat dihubungkan dengan penyakit fisik karena ciri-cirinya dapat dikonseptualisasikan sebagai simtom-simtom dari gangguan yang mendasarinya.
Perspektif psikologis: Sigmund Freud, seorang dokter muda Austria (1856-1939) berpikir bahwa penyebab perilaku abnormal terletak pada interaksi antara kekuatan-kekuatan di dalam pikiran bawah sadar. Model yang dikenal sebagai model psikodinamika ini merupakan model psikologis utama yang pertama membahas mengenai perilaku abnormal.
Perspektif sosiokultural:  Pandangan ini meyakini bahwa kita harus mempertimbangkan konteks-konteks sosial yang lebih luas di mana suatu perilaku muncul untuk memahami akar dari perilaku abnormal. Penyebab perilaku abnormal dapat ditemukan pada kegagalan masyarakat dan bukan pada kegagalan orangnya.
Masalah-masalah psikologis bisa jadi berakar pada penyakit sosial masyarakat, seperti kemiskinan, perpecahan sosial, diskriminasi ras, gender,gayahidup,dansebagainya.
Perspektif biopsikososial: Pandangan ini meyakini bahwa perilaku abnormal terlalu kompleks untuk dapat dipahami hanya dari salah satu model atau perspektif. Mereka mendukung pandangan bahwa perilaku abnormal dapat dipahami dengan paling baik bila memperhitungkan interaksi antara berbagai macam penyebab yang mewakili bidang biologis, psikologis, dan sosiokultural.


2.2.    Penyebab Perilaku Abnormal
Menurut tahap – tahap berfungsinya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat dibedakan sebagai berikut :
1.        Penyebab Primer ( Primary Cause )
Penyebab primer adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul. Misalnya infeksi sipilis yang menyerang system syaraf pada kasus paresis general yaitu sejenis psikosis yang disertai paralysis atau kelumpuhan yang bersifat progresif atau berkembang secara bertahap sampai akhirnya penderita mengalami kelumpuhan total. Tanpa infeksi sipilis gangguan ini tidak mungkin menyerang seseorang.
2.        Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause )
Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan tertentu dalam kondisi – kondisi tertentu di masa mendatang. Misalnya anak yang ditolak oleh orang tuanya (rejected child) mungkin menjadi lebih rentan dengan tekanan hidup sesudah dewasa dibandingkan dengan orang – orang yang memiliki dasar rasa aman yang lebih baik.
3.        Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause )
Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang tak tertahankan bagi individu dan mencetuskan gangguan. Misalnya seorang wanita muda yang menjadi terganggu sesudah mengalami kekecewaan berat ditinggalkan oleh tunangannya. Contoh lain seorang pria setengah baya yang menjadi terganggu karena kecewa berat sesudah bisnis pakaiannya bangkrut.
4.        Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause )
Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tinkah laku maladaptif yang sudah terjadi. Misalnya perhatian yang berlebihan pada seorang gadis yang ”sedang sakit” justru dapat menyebabkan yang bersangkutan kurang bertanggungjawab atas dirinya, dan menunda kesembuhannya.
5.        Sirkulasi Faktor – Faktor Penyebab
Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab tunggal. Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan sebagai hubungan sebab akibat sederhana melainkan saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan, sering menadi sumber penyebab sebagai abnormalitas . Misalnya sepasang suami istri menjalani konseling untuk mengatasi problem dalam hubungan perkawinan mereka. Sang suami menuduh istrinya senang berfoya – foya sedangkan sang suami hanya asyik dengan dirinya dan tidak memperhatikannya. Menurut versi sang suami dia jengkel keada istrinya karena suka berfoya – foya bersama teman – temannya. Jadi tidak lagi jelas mana sebab mana akibat.

Berdasarkan sumber asalnya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat digolongkan sedikitnya menjadi tiga yaitu:
1.        Faktor Biologis
Adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat perkembangan ataupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari – hari seperti kelainan gen, kurang gizi, penyakit dsb. Pengaruh – pengaruh faktor biologis lazimnya bersifa menyeluruh. Artinya mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap stress.

2.      Faktor – faktor psikososial
a)      Trauma Di Masa Kanak – Kanak
Trauma Psikologis adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan harga diri sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya. Trauma psikologis yang dialami pada masa kanak – kanak cenderung akan terus dibawa sampai ke masa dewasa.
b)        Deprivasi Parental
Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi dari orang tua, berupa kehangatan, kontak fisik,rangsangan intelektual, emosional dan social. Ada beberapa kemungkinan sebab misalnya:
1.Dipisahkan dari orang tua dan dititipkan di panti asuhan.
2.Kurangnya perhatian dari pihak orang tua kendati tinggal bersama orang tua di rumah.
c)         Hubungan orang tua – anak yang patogenik
Hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak serasi, dalam hal ini hubungan antara orang tua dan anak yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak.
d)        Struktur keluarga yang patogenik
Struktur keluarga sangat menentukan corak komunikasi yang berlangsung diantara para anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan pola komunikasi yang kurang sehat dan selanjutnya muncul pola gangguan perilaku pada sebagian anggotanya. Ada empat struktur keluarga yang melahirkan gangguan pada para anggotanya:
1.      Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari. Kehidupan keluarga karena berbagai macam sebab seperti tidak memiliki cukup sumber atau karena orang tua tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan secukupnya.
2.      Keluarga yang antisosial Keluarga yang menganut nilai – nilai yang bertentangan dengan masyarakat luas.
3.      Keluarga yang tidak akur dan keluarga yang bermasalah.
4.      Keluarga yang tidak utuh. Keluarga dimana ayah / ibu yang tidak ada di rumah, entah karena sudah meninggal atau sebab lain seperti perceraian, ayah memiliki dua istri dll.
e)         Stress berat
Stress adalah keadaan yang menekan khususnya secara psikologis. Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab, seperti :
1) Frustasi yang menyebabkan hilangnya harga diri.
2) Konflik nilai.
3) Tekanan kehidupan modern.



3.    Faktor – Faktor Sosiokultural
       Meliputi keadaan obyektif dalam masyarakat atau tuntutan dari masyarakat yang dapat berakibat menimbulkan tekanan dalam individu dan selanjutnya melahirkan berbagai bentuk gangguan seperti :
a.    Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh kekerasan,
b.    Terpaksa menjalani peran social yang berpotensi menimbulkan gangguan, seperti menjadi tentara yang dalam peperangan harus membunuh.
c.    Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan tertentu seperti berdasarkan agama, ras, suku dll.

2.3.    Faktor Abnormalitas
Penyebab yang mendasari seseorang abnormal menurut Kartini Kartono (1989) sebagai berikut:
·      Faktor keturunan (hereditas)
1.      Idiopathy (penyakit yang timbul dari dalam organ tubuh)
2.      Psikosis (penyakit mental yang parah)
3.      Neurosis (penyakit saraf)
4.      Ideocy (ketidak sempurnaan mental pada tingkat rendah)
5.      Psikosis sifilitik
·      Faktor sebelum lahir (pranatal)
1.      Kekurangan nutrisi
2.      Infeksi
3.      Luka
4.      Keracunan
5.      Menderita penyakit
6.      Menderita psikosis
7.      Trauma pada kandungan
·      Faktor ketika lahir (natal)
1.      Kelahiran dengan tang (tangverlossing)
2.      Asphixia (kekurangan O2 dalam udara pernafasan)
3.      Prematurity (lahir sebelum waktunya)
4.      Primogeniture (primipara = wanita yang hamil sekai dan melahirkan anak pertama)
·      Faktor setelah lahir (pascanatal)
1.      Pengalaman traumatik
2.      Kejang atau stuip
3.      Infeksi pada otak atau selaput otak
4.      Kekurangan nutrisi
5.      Faktor psikologis



2.4.    Karakteristik Perilaku Abnormal
1.      Kejarangan statistic
Salah satu aspek perilaku abnormal adalah perilaku tersebut jarang ditemukan. Perkataan yang mengungkapkan bahwa seseorang dianggap normal adalah orang tersebut tidak menyimpang jauh dari rata-rata pola trait atau perilaku tertentu.
2.      Pelanggaran norma
Perilaku tersebut melanggar norma sosial atau mengancam atau mencemaskan mereka yang mengamatinya.
3.      Distress pribadi
Karakteristik lain dari perilaku abnormal adalah perilaku menciptakan tekanan dan siksaan besar pada orang yang megalaminya
4.      Disabilitas atau disfungsi perilaku
Disabilitas yaitu ketidakmampuan individu dalam beberapa bidang penting dalam hidup (seperti hubungan kerja atau pribadi), karena abnormalitas.
5.      Yang tidak diharapkan (Unexpectedness)
Tidak semua distress atau diabilitas masuk dalam bidang psikologi abnormal. Distress seringkali dianggap abnormal bila hal tersebut merupakan respons yang tidak diharapkan terhadap stressor lingkungan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku abnormal itu adalah perilaku yang jarang ditemukan, melanggar norma sosial, menciptakan tekanan bagi yang mengalaminya, yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk hidup normal, dan menjadi respons yang tidak diharapkan oleh lingkungan. Oleh karena itu, suatu perilaku yang dianggap abnormal adalah perilaku yang sesuai dengan criteria diatas. Dimana harus terdapat semua criteria yang sesuai agar dapat digolongkan sebagai perilaku abnormal. Sebab tidak semua perilaku abnormal yang sesuai dengan satu criteria, juga akan sesuai untuk criteria yang lainnya.


2.5.    Jenis-jenis Perilaku Abnormal
1.      Gangguan Kecemasan
Sebagian besar kita merasa cemas dan tegang bila menghadapi situasi yang mengancam dan menekan. Persaan ini merupakan reaksi yang normal terhadap stress. Kecemasan dianggap abnormal bila terjadi dalam situasi yang oleh kebanyakan orang dapat diatasi dengan mudah. Gangguan kecemasan mencakup sekelompok gangguan dimana rasa cemas merupakan gejala utama (kecemasan merata dan gangguan panik) atau kecemasan dialami bila individu berupaya mengendalikan perilaku maladaptif tertentunya (fobia dan obsesi kompulsif).



Gangguan kecemasan merata dan Gangguan Panik
Kecemasan merata (generalized anxiety).
Selalu merasa bersalah/khawatir, cenderung memberikan respon yang berlebihan pada stress yang ringan. Setiap hari hidup dalam ketegangan. Terus menerus mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi dan sult sekali berkonsentrasi dan mengambil keputusan.
Keluhan fisik yang lazim antara lain tidak dapat tenang,tidur terganggu,kelelahan,macam-macam sakit kepala,kepeningan,jantung berdebar-debar.

Gangguan  Panik (Panic attacks)
Keadaan tiba-tiba yang penuh dengan keprihatinan atau teror akut yang meluap-luap. Pada saat serangan panik individu  merasa yakin bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan gejala seperti jantung berdebar-debar,kehabisan nafas,berkeringat, otot-otot bergetar,kepusingan, dan rasa muak. Semua ini akibat dari aktifnya bagian simpatetik sistem saraf otonomik.

Fobia
Berbeda dengan angguan kecemasn merata,gangguan fobia mengandung ketakutan yang spesifik. Seseorang yang bereaksi dengan ketakutan yang amat sangat terhadap suatu stimulus atau situasi yang menurut kebanyakan orang tidaklah sangat berbahaya,disebut orang yang fobia. Orang tersebut biasanya menyadari bahwa ketakutanya itu tidak rasional tapi dia tetap merasakan kecemasan (mulai dari rasa rasa serba salah yang amat sangat sampai panik) yang hanya dapat diredakan dengan menghindari benda atau situasi yang menakutkan itu. Rasa takut biasanya tidak didiagnosa sebagai gangguan fobia apabila rasa takut tersebut tidak sangat mengganggu kehidupan sehari-hari individu tersebut.

Gangguan obsesi kompulsif
Orang yang mengalami gangguan obsesi kompulsi merasa terpaksa berpikir tentang hal-hal tidak mereka inginkan.
Obsesi: gangguan terus menerus dari pikiran/bayangan yang tidak diinginkan.
Kompulsif: desakan yang tak tertahankan untuk melaksanakan tindakan/ritual rutin tertentu.
Pikiran obsesi dapat dikaitkan dengan tindakan kompulsif (misalnya,pikiran tentang kuman penyakit yang dihubungkan dengan kompulsi untuk mencuci alat-alat makan berkali-kali sebelum dipakai).
Individu yang mengalami gangguan obsesi kompulsif,pikiran dan desakan ini sangat mengganggu tetapi merasa tak berdaya mengendalikannya.

2.      Gangguan afektif
Gangguan afektif adalah gangguan pada afeksi atau suasana hati (mood). Orang yang       terganggu ini dapat mengalami depresi atau manik (girang yang tidak wajar) yang parah       atau dapat berganti-ganti antara saat-saat depresi atau manik (girang yang tidak wajar)       yang parah dan dapat berganti-ganti antara saat-saat depresi atau saat-saat panik.       Perubahan suasana hati semacam ini mungkin saja sangat parah sehingga individu tersebut       perlu dirumahsakitkan.
·         Episode manik
Episode manik ringan (hipomania) orangnya penuh energi ,antusias  dan percaya diri. Terus berbicara, berpindah-pindah kegiatan tanpa memikirkan waktu tidur yang cukup, dan membuat rencana-rencana besar tetapi tidak diimbangi dengan pelaksanaannya. Perilaku manik bersifat mendesak dan seringkali lebih mengekspresikan rasa kebencian daripada kegembiraan.
Episode manik yang parah ( mania) berperilaku seperti konsep yang terkenal tentang “raving maniak” . Mereka sangat bersemangat dan harus selalu aktif. Mereka dapat bolak-balik,menyanyi,berteriak, atau memukul-mukul dinding selama berjam-jam. Akan marah dan menjadi ganas bila ada orang yang mengganggu kegiatan mereka.
Gangguan manik depresi
Individu yang mengalami manik dan mengalami depresi secara berganti-ganti dalam suatu episode yang bersamaan. Kondisi ini disebut sebagai gangguan bipolar; individu beralih dari satu kutub perasaan ke kutub perasaan yang lain. Gangguan bipolar atau gangguan manik depresif jarang terjadi. Gangguan manik depresif berbeda dengan gangguan afeksi lainnya karena gangguan ini cenderung terjadi pada usia yang lebih muda,lebih mungkin terjadi dalam keluarga,memberi respons pada beberapa pengobatan terapis yang berbeda, dan mudah terjadi lagi bila tidak diobati.

·         Skisofrenia
Gangguan yang ditandai dengan parahnya,
a.    Kekacauan kepribadian.
b.    Distorsi realita.
c.    Ketidakmampuan untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Biasanya muncul pada umur sangat muda; puncaknya antara umur 25 th-35 th. Kadang-kadang berkembang secara lamban sebagai proses yang sedikit demi sedikit. Meningkat pada perilaku mengasingkan diri dan perilaku yang tidak wajar. Gangguan skisofrenia dapat juga terjadi secara tiba-tiba, ditandai dengan kerancuan yang intens dan kekacauan emosi.



Kasus ini timbul dengan segera yang disebabkan oleh adanya saat stress pada individu yang memiliki gaya hidup :
 Cenderung menyendiri.
−  Suka bekerja sendiri.
−  Merasa tidak aman.
Ciri-ciri Skisofrenia :
a.       Kekacauan Pikiran dan Perhatian.
Kesulitan umum untuk menyaring stimulus yang relevan. Individu tersebut menanggapi      begitu banyak stimulus yang bersamaan dan sulit mengambil makna.Pembicaraan para penderita ini tidak relevan, tidak ada ujung pangkalnya.
b.      Kekacauan  Persepsi.
Dalam fase yang akut seringkali dilaporkan bahwa dunia tampak lain bagi penderita      tersebut. Ketidakmampuan memahami sesuatu sebagai suatu keseluruhan.
c.       Kekacauan Afektif.
d.      Tidak dapat merespon rangsangan emosional secara wajar dan normal. Namun ekspresi      emosi yang datar ini/tumpul ini dapat menyembunyikan kekacauan dalam hatinya dan      dapat tiba-tiba sangat marah. Kadang-kadang penderita mengukapkan perasan yang      tidak relevan dengan situasi/pikiran yang diungkapkan.
e.       Delusi dan  Halusinasi.
Penderita dengan tahap akut dalam proses pikiran dan persepsi yang menyimpang            disertai pula dengan berbagai delusi. Delusi yang paling umum adalah keyakinan bahwa            kekuatan eksternal mencoba mengendalikan pikiran dan tindakan orang tersebut.
- Delusi penganiayaan      : Paranoid.
- Delusi kehebatan           : Orang tersebut kuat dan penting.
Halusinasi dapat terjadi sendiri atau merupakan bagian dari keyakinan.
- Halusinasi Auditorik      : Suara-suara.
- Halusinasi Visual           : Melihat mahluk-mahluk aneh,malaikat.
- Halusinasi  Sensorik       : Bau busuk, rasa racun, perasaan disentuh.

3.      Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian merupakan cara-cara yang tidak dewasa dan tidak wajar dalam mengatasi stress atau memecahkan masalah. Sifat-sifat tersebut biasanya muncul pada masa remaja dan dapat berlangsung sepanjang hidup.







BAB III
PENUTUP


3.1.    Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku abnormal itu adalah perilaku yang jarang ditemukan, melanggar norma sosial, menciptakan tekanan bagi yang mengalaminya, yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk hidup normal, dan menjadi respons yang tidak diharapkan oleh lingkungan.  Oleh karena itu, suatu perilaku yang dianggap abnormal adalah perilaku yang sesuai dengan criteria diatas. Dimana harus terdapat semua criteria yang sesuai agar dapat digolongkan sebagai perilaku abnormal. Sebab tidak semua perilaku abnormal yang sesuai dengan satu criteria, juga akan sesuai untuk kriteria yang lainnya.

3.2. Saran      
Kita perlu memahami perilaku abnormal seseorang, sebab “Orang Berperilaku Abnormal” biasanya tampak di dalam kelas dan bahkan dia menampakkan perilaku bermasalah itu di dalam keseluruhan interaksi dengan lingkungannya.
Manusia merupakan individu yang khas, penghampiran terhadap permasalahan individu memerlukan penanganan yang berbeda. Teknik-teknik membantu mahasiswa berperilaku abnormal memberikan wawasan dalam memberikan bantuan terhadap murid bermasalah.
Jadi sebagai sesama manusia, kita harus mengetahui mengapa itu bisa terjadi dan seorang mahasiswa yang baik harus bisa mengerti apa yang dialami oleh teman sekitarnya dengan baik dan solusi yang tepat agar orang yang berprilaku abnormal dapat keluar dari masalah yang dihadapi.



DAFTAR PUSTAKA



Hidayat,A.Aziz Alimul.2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Surabaya: Salemba Medika.


Sarwono, Sarlito Wirawan.1983.Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada.


Suyati, Sri. dkk. 1995. Psikologi Industri dan Sosial, Semarang : Pustaka Jaya.


King, Laura A., 2010. Psikologi Dasar, Jakarta : Salemba Humanika


Nevid, Jeffrey S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal, Edisi ke 5. Jakarta: PT. Gramedia

Nevid, Jeffrey S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal, Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama


1 komentar:

  1. makalahnya cukup membantu saya untuk mengerjakan tugas ! tetapi tulisan untuk diblognya terlalu membuat pembaca susah mengerti

    BalasHapus