MAKALAH
GANGGUAN PERILAKU
(Memahami Perilaku Abnormal)
Mata Kuliah : Psikologi
Dosen Pengajar : Irza Kandar, M.Psi
Kelompok
1
Tingkat
1C
Disusun
Oleh :
1. Alvianthy Putry Utamy
2. Denisa Bidari
3. Dian Maharani S.P
4. Esra Ismawaty H.
5. Nita Dwi Lestari
6. Novitri Selaras
7. Nurul Wijayanti
8. Sahril Lova
9. Vina Apriana Yusup
10. Wildan Ramadhan
11. Yeni Rizika
Semester
1
PROGRAM STUDI DIII
KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
Jalan Dr. Sitanala Desa Karang Sari Kec. Neglasari
Tangerang
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak
nikmatnya kepada penulis sehingga atas berkat dan rahmat serta karunia-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Gangguan
Perilaku” ini sesuai dengan waktu yang penulis rencanakan.
Terima
kasih penulis sampaikan juga kepada dosen pengajar Psikologi yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengerjakan tugas ini, sehingga
penulis menjadi lebih mengerti dan memahami tentang gangguan perilaku abnormal,
tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada
seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
dalam upaya penyelesaian makalah ini baik mendukung secara moril maupun
materil.
Ibarat
pepatah “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”, maka begitu pulalah dengan halnya
makalah ini, walaupun penulis telah berusaha semaksimal mungkin, akan tetapi
penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan, kekurangan dan
kehilapan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu, saran dan kritik tetap
penulis harapkan demi perbaikan makalah ini ke depan. Akhir kata penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.
Tangerang,
25 November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR
ISI .................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN ........................................................................
1.1. Latar Belakang Perilaku
Abnormal ....................................................................
1.2. Rumusan Masalah ..............................................................................................
1.3. Tujuan Makalah ........................................................................................ .........
BAB
II PEMBAHASAN GANGGUAN PERILAKU ...........................
2.1. Pengertian Perilaku Abnormal ..................................................................
2.2. Penyebab Perilaku Abnormal
2.3. Faktor Abnormalitas .................................................................................
2.4. Karakteristik Perilaku Abnormal
..............................................................
2.5. Jenis-jenis Perilaku Abnormal ...................................................................
BAB
III PENUTUP .....................................................................................
3.1. Kesimpulan ...............................................................................................
3.2. Saran .........................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA ...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perilaku Abnormal
Abnormalitas
dilihat dari sudut pandang biologis berawal dari pendapat bahwa patologi otak
merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal. Pandangan ini ditunjang lebih
kuat dengan perkembangan di abad ke-19 khususnya pada bidang anatomi faal,
neurologi, kimia dan kedokteran umum.
Berbagai
penyakit neurologis saat ini telah dipahami sebagai terganggunya fungsi otak
akibat pengaruh fisik atau kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologis
atau tingkah laku.Akan tetapi kita harus perhatikan bahwa kerusakan neurologis
tidak selalu memunculkan tingkah laku abnormal, dengan kata lain tidak selalu
jelas bagaimana kerusakan ini dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Fungsi
otak yang kuat bergantung pada efisiensi sel saraf atau neuron untuk
mentransmisikan suatu pesan melalui synaps ke neuron berikutnya dengan
menggunakan zat kimia yang disebut neurotransmiter. Dengan ketidakseimbangan
bio kimia otak inilah yang mendasari perspektif biologis munculnya tingkah laku
abnormal. Akan tetapi selain dari patologi otak sudut pandang biologis juga
memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal ditentukan oleh gen yang
diturunkan.
1.2. Rumusan
Masalah
a. Apa itu perilaku abnormal ?
b. Apa penyebab perilaku abnormal ?
c. Apa saja faktor-faktor abnormalitas
?
d. Apa karakteristik perilaku abnormal
?
e. Apa saja jenis-jenis perilaku
abnormal ?
1.3. Tujuan
Makalah
a. Mengetahui pengertian perilaku
abnormal.
b. Mengetahui penyebab perilaku
abnormal.
c. Mengetahui faktor-faktor
abnormalitas.
d. Mengetahui karakteristik perilaku
abnormal.
e. Mengetahui jenis-jenis perilaku
abnormal.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
GANGGUAN PERILAKU
2.1. Pengertian Perilaku Abnormal
Perilaku abnormal adalah kekalutan
mental & melampaui titik kepatahan mental atau dikenal sebagai nervous
breakdown. (get mental breakdown). Sepanjang sejarah budaya barat, konsep
perilaku abnormal telah dibentuk, dalam beberapa hal, oleh pandangan dunia
waktu itu. Contohnya, masyarakat purba menghubungkan perilaku abnormal dengan
kekuatan supranatural atau yang bersifat ketuhanan. Para arkeolog telah
menemukan kerangka manusia dari Zaman Batu dengan lubang sebesar telur pada
tengkoraknya. Satu interpretasi yang muncul adalah bahwa nenek moyang kita
percaya bahwa perilaku abnormal merefleksikan serbuan/invasi dari roh-roh
jahat. Mungkin mereka menggunakan cara kasar yang disebut trephination-menciptakan
sebuah jalur bagi jalan keluarnya roh tertentu.
Pada abad
pertengahan kepercayaan tersebut makin meningkat pengaruhnya dan pada akhirnya
mendominasi pemikiran di zaman pertengahan. Doktrin tentang penguasaan oleh roh
jahat meyakini bahwa perilaku abnormal merupakan suatu tanda kerasukan oleh roh
jahat atau iblis. Rupanya, hal seperti ini masih dapat dijumpai di negara kita,
khususnya di daerah pedalaman. Pernah saya melihat di tayangan televisi yang
mengisahkan tentang seorang ibu dirantai kakinya karena dianggap gila. Oleh
karena keluarga meyakini bahwa sang ibu didiami oleh roh jahat, maka mereka
membawa ibu ini pada seorang tokoh agama di desanya. Dia diberi minum air putih
yang sudah didoakan. Mungkin inilah gambaran situasi pada abad pertengahan
berkaitan dengan penyebab perilaku abnormal. Lalu apa yang dilakukan waktu itu?
Pada abad pertengahan, para pengusir roh jahat dipekerjakan untuk meyakinkan
roh jahat bahwa tubuh korban yang mereka tuju pada dasarnya tidak dapat dihuni.
Mereka melakukan pengusiran roh jahat (exorcism) dengan cara, misalnya: berdoa,
mengayun-ayunkan tanda salib, memukul, mencambuk, dan bahkan membuat korban
menjadi kelaparan. Apabila korban masih menunjukkan perilaku abnormal, maka ada
pengobatan yang lebih kuat, seperti penyiksaan dengan peralatan tertentu.
Keyakinan-keyakinan
dalam hal kerasukan roh jahat tetap bertahan hingga bangkitnya ilmu pengetahuan
alam pada akhir abad ke 17 dan 18. Masyarakat secara luas mulai berpaling pada
nalar dan ilmu pengetahuan sebagai cara untuk menjelaskan fenomena alam dan
perilaku manusia. Akhirnya, model-model perilaku abnormal juga mulai
bermunculan, meliputi model-model yang mewakili perspektif biologis,
psikologis, sosiokultural, dan biopsikososial.
Di bawah
ini adalah penjelasan-penjelasan singkatnya,
Perspektif biologis: Seorang dokter Jerman, Wilhelm Griesinger (1817-1868) menyatakan bahwa perilaku abnormal berakar pada penyakit di otak. Pandangan ini cukup memengaruhi dokter Jerman lainnya, seperti Emil Kraepelin (1856-1926) yang menulis buku teks penting dalam bidang psikiatri pada tahun 1883. Ia meyakini bahwa gangguan mental berhubungan dengan penyakit fisik. Memang tidak semua orang yang mengadopsi model medis ini meyakini bahwa setiap pola perilaku abnormal merupakan hasil dari kerusakan biologis, namun mereka mempertahankan keyakinan bahwa pola perilaku abnormal tersebut dapat dihubungkan dengan penyakit fisik karena ciri-cirinya dapat dikonseptualisasikan sebagai simtom-simtom dari gangguan yang mendasarinya.
Perspektif biologis: Seorang dokter Jerman, Wilhelm Griesinger (1817-1868) menyatakan bahwa perilaku abnormal berakar pada penyakit di otak. Pandangan ini cukup memengaruhi dokter Jerman lainnya, seperti Emil Kraepelin (1856-1926) yang menulis buku teks penting dalam bidang psikiatri pada tahun 1883. Ia meyakini bahwa gangguan mental berhubungan dengan penyakit fisik. Memang tidak semua orang yang mengadopsi model medis ini meyakini bahwa setiap pola perilaku abnormal merupakan hasil dari kerusakan biologis, namun mereka mempertahankan keyakinan bahwa pola perilaku abnormal tersebut dapat dihubungkan dengan penyakit fisik karena ciri-cirinya dapat dikonseptualisasikan sebagai simtom-simtom dari gangguan yang mendasarinya.
Perspektif
psikologis: Sigmund Freud, seorang dokter muda Austria (1856-1939) berpikir
bahwa penyebab perilaku abnormal terletak pada interaksi antara kekuatan-kekuatan
di dalam pikiran bawah sadar. Model yang dikenal sebagai model psikodinamika
ini merupakan model psikologis utama yang pertama membahas mengenai perilaku
abnormal.
Perspektif
sosiokultural: Pandangan ini meyakini
bahwa kita harus mempertimbangkan konteks-konteks sosial yang lebih luas di
mana suatu perilaku muncul untuk memahami akar dari perilaku abnormal. Penyebab
perilaku abnormal dapat ditemukan pada kegagalan masyarakat dan bukan pada
kegagalan orangnya.
Masalah-masalah
psikologis bisa jadi berakar pada penyakit sosial masyarakat, seperti
kemiskinan, perpecahan sosial, diskriminasi ras, gender,gayahidup,dansebagainya.
Perspektif
biopsikososial: Pandangan ini meyakini bahwa perilaku abnormal terlalu kompleks
untuk dapat dipahami hanya dari salah satu model atau perspektif. Mereka
mendukung pandangan bahwa perilaku abnormal dapat dipahami dengan paling baik
bila memperhitungkan interaksi antara berbagai macam penyebab yang mewakili
bidang biologis, psikologis, dan sosiokultural.
2.2. Penyebab Perilaku Abnormal
Menurut tahap – tahap berfungsinya, sebab – sebab
perilaku abnormal dapat dibedakan sebagai berikut :
1.
Penyebab Primer ( Primary Cause
)
Penyebab primer adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak
akan muncul. Misalnya infeksi sipilis yang menyerang system syaraf pada kasus
paresis general yaitu sejenis psikosis yang disertai paralysis atau kelumpuhan
yang bersifat progresif atau berkembang secara bertahap sampai akhirnya
penderita mengalami kelumpuhan total. Tanpa infeksi sipilis gangguan ini tidak
mungkin menyerang seseorang.
2.
Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause )
Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan
terjadinya gangguan tertentu dalam kondisi – kondisi tertentu di masa
mendatang. Misalnya anak yang ditolak oleh orang tuanya (rejected child)
mungkin menjadi lebih rentan dengan tekanan hidup sesudah dewasa dibandingkan
dengan orang – orang yang memiliki dasar rasa aman yang lebih baik.
3.
Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause )
Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang tak tertahankan bagi individu
dan mencetuskan gangguan. Misalnya seorang wanita muda yang menjadi terganggu
sesudah mengalami kekecewaan berat ditinggalkan oleh tunangannya. Contoh lain
seorang pria setengah baya yang menjadi terganggu karena kecewa berat sesudah
bisnis pakaiannya bangkrut.
4.
Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause )
Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh
tinkah laku maladaptif yang sudah terjadi. Misalnya perhatian yang
berlebihan pada seorang gadis yang ”sedang sakit” justru dapat menyebabkan yang
bersangkutan kurang bertanggungjawab atas dirinya, dan menunda kesembuhannya.
5.
Sirkulasi Faktor – Faktor Penyebab
Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang
disebabkan oleh satu penyebab tunggal. Serangkaian faktor penyebab yang
kompleks, bukan sebagai hubungan sebab akibat sederhana melainkan saling
mempengaruhi sebagai lingkaran setan, sering menadi sumber penyebab sebagai
abnormalitas . Misalnya sepasang suami istri menjalani konseling untuk
mengatasi problem dalam hubungan perkawinan mereka. Sang suami menuduh istrinya
senang berfoya – foya sedangkan sang suami hanya asyik dengan dirinya dan tidak
memperhatikannya. Menurut versi sang suami dia jengkel keada istrinya karena
suka berfoya – foya bersama teman – temannya. Jadi tidak lagi jelas mana sebab
mana akibat.
Berdasarkan
sumber asalnya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat digolongkan sedikitnya
menjadi tiga yaitu:
1.
Faktor Biologis
Adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat
perkembangan ataupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari – hari seperti
kelainan gen, kurang gizi, penyakit dsb. Pengaruh – pengaruh faktor biologis
lazimnya bersifa menyeluruh. Artinya mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku,
mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap stress.
2. Faktor –
faktor psikososial
a) Trauma Di
Masa Kanak – Kanak
Trauma Psikologis adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa
mampu, dan harga diri sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit
disembuhkan sepenuhnya. Trauma psikologis yang dialami pada masa kanak – kanak
cenderung akan terus dibawa sampai ke masa dewasa.
b)
Deprivasi Parental
Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi dari orang tua,
berupa kehangatan, kontak fisik,rangsangan intelektual, emosional dan social.
Ada beberapa kemungkinan sebab misalnya:
1.Dipisahkan dari orang tua dan dititipkan di panti asuhan.
2.Kurangnya perhatian dari pihak orang tua kendati tinggal bersama orang
tua di rumah.
c)
Hubungan orang tua – anak yang patogenik
Hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak serasi,
dalam hal ini hubungan antara orang tua dan anak yang berakibat menimbulkan
masalah atau gangguan tertentu pada anak.
d)
Struktur keluarga yang patogenik
Struktur keluarga sangat menentukan corak komunikasi yang berlangsung
diantara para anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan pola komunikasi
yang kurang sehat dan selanjutnya muncul pola gangguan perilaku pada sebagian
anggotanya. Ada empat struktur keluarga yang melahirkan gangguan pada para
anggotanya:
1.
Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari. Kehidupan keluarga karena berbagai macam sebab seperti tidak
memiliki cukup sumber atau karena orang tua tidak memiliki pengetahuan dan
keterampilan secukupnya.
2.
Keluarga yang antisosial Keluarga yang
menganut nilai – nilai yang bertentangan dengan masyarakat luas.
3.
Keluarga yang tidak akur dan keluarga yang bermasalah.
4. Keluarga
yang tidak utuh. Keluarga dimana ayah / ibu
yang tidak ada di rumah, entah karena sudah meninggal atau sebab lain seperti
perceraian, ayah memiliki dua istri dll.
e)
Stress berat
Stress
adalah keadaan yang menekan khususnya secara psikologis. Keadaan ini dapat
ditimbulkan oleh berbagai sebab, seperti :
1) Frustasi
yang menyebabkan hilangnya harga diri.
2) Konflik
nilai.
3) Tekanan
kehidupan modern.
3. Faktor – Faktor Sosiokultural
Meliputi
keadaan obyektif dalam masyarakat atau tuntutan dari masyarakat yang dapat
berakibat menimbulkan tekanan dalam individu dan selanjutnya melahirkan
berbagai bentuk gangguan seperti :
a. Suasana
perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh kekerasan,
b. Terpaksa
menjalani peran social yang berpotensi menimbulkan gangguan, seperti menjadi
tentara yang dalam peperangan harus membunuh.
c.
Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan
penggolongan tertentu seperti berdasarkan agama, ras, suku dll.
2.3. Faktor Abnormalitas
Penyebab yang mendasari seseorang
abnormal menurut Kartini Kartono (1989) sebagai berikut:
· Faktor keturunan (hereditas)
1. Idiopathy (penyakit yang timbul dari dalam organ tubuh)
2. Psikosis (penyakit mental yang parah)
3. Neurosis (penyakit saraf)
4. Ideocy (ketidak sempurnaan mental pada tingkat rendah)
5. Psikosis sifilitik
· Faktor sebelum lahir (pranatal)
1. Kekurangan nutrisi
2. Infeksi
3. Luka
4. Keracunan
5. Menderita penyakit
6. Menderita psikosis
7. Trauma pada kandungan
· Faktor ketika lahir (natal)
1. Kelahiran dengan tang (tangverlossing)
2. Asphixia (kekurangan O2 dalam udara pernafasan)
3. Prematurity (lahir sebelum waktunya)
4. Primogeniture (primipara = wanita yang hamil sekai dan melahirkan anak
pertama)
· Faktor setelah lahir (pascanatal)
1. Pengalaman traumatik
2. Kejang atau stuip
3. Infeksi pada otak atau selaput otak
4. Kekurangan nutrisi
5. Faktor psikologis
2.4. Karakteristik Perilaku
Abnormal
1.
Kejarangan statistic
Salah satu aspek
perilaku abnormal adalah perilaku tersebut jarang ditemukan. Perkataan yang mengungkapkan
bahwa seseorang dianggap normal adalah orang tersebut tidak menyimpang jauh
dari rata-rata pola trait atau perilaku tertentu.
2.
Pelanggaran norma
Perilaku tersebut
melanggar norma sosial atau mengancam atau mencemaskan mereka yang
mengamatinya.
3.
Distress pribadi
Karakteristik lain
dari perilaku abnormal adalah perilaku menciptakan tekanan dan siksaan besar
pada orang yang megalaminya
4.
Disabilitas atau disfungsi perilaku
Disabilitas yaitu
ketidakmampuan individu dalam beberapa bidang penting dalam hidup (seperti
hubungan kerja atau pribadi), karena abnormalitas.
5.
Yang tidak diharapkan (Unexpectedness)
Tidak semua distress
atau diabilitas masuk dalam bidang psikologi abnormal. Distress seringkali
dianggap abnormal bila hal tersebut merupakan respons yang tidak diharapkan
terhadap stressor lingkungan.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa perilaku abnormal itu adalah perilaku yang jarang ditemukan, melanggar
norma sosial, menciptakan tekanan bagi yang mengalaminya, yang menyebabkan
ketidakmampuan individu untuk hidup normal, dan menjadi respons yang tidak
diharapkan oleh lingkungan. Oleh karena itu, suatu perilaku yang dianggap
abnormal adalah perilaku yang sesuai dengan criteria diatas. Dimana harus
terdapat semua criteria yang sesuai agar dapat digolongkan sebagai perilaku
abnormal. Sebab tidak semua perilaku abnormal yang sesuai dengan satu criteria,
juga akan sesuai untuk criteria yang lainnya.
2.5. Jenis-jenis Perilaku Abnormal
1. Gangguan
Kecemasan
Sebagian besar kita merasa cemas dan tegang bila menghadapi situasi yang
mengancam dan menekan. Persaan ini merupakan reaksi yang normal terhadap
stress. Kecemasan dianggap abnormal bila terjadi dalam situasi yang oleh
kebanyakan orang dapat diatasi dengan mudah. Gangguan kecemasan mencakup
sekelompok gangguan dimana rasa cemas merupakan gejala utama (kecemasan
merata dan gangguan panik) atau kecemasan dialami bila individu berupaya
mengendalikan perilaku maladaptif tertentunya (fobia dan obsesi kompulsif).
Gangguan kecemasan merata dan Gangguan Panik
Kecemasan merata
(generalized anxiety).
Selalu merasa bersalah/khawatir, cenderung memberikan
respon yang berlebihan pada stress yang ringan. Setiap hari hidup dalam
ketegangan. Terus menerus mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin
terjadi dan sult sekali berkonsentrasi dan mengambil keputusan.
Keluhan fisik yang lazim antara lain tidak dapat
tenang,tidur terganggu,kelelahan,macam-macam sakit kepala,kepeningan,jantung
berdebar-debar.
Gangguan Panik (Panic attacks)
Keadaan tiba-tiba yang penuh dengan keprihatinan atau
teror akut yang meluap-luap. Pada saat serangan panik individu merasa yakin bahwa sesuatu yang mengerikan
akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan gejala seperti jantung
berdebar-debar,kehabisan nafas,berkeringat, otot-otot bergetar,kepusingan, dan
rasa muak. Semua ini akibat dari aktifnya bagian simpatetik sistem saraf
otonomik.
Fobia
Berbeda dengan angguan kecemasn merata,gangguan fobia
mengandung ketakutan yang spesifik. Seseorang yang bereaksi dengan ketakutan
yang amat sangat terhadap suatu stimulus atau situasi yang menurut kebanyakan
orang tidaklah sangat berbahaya,disebut orang yang fobia. Orang tersebut
biasanya menyadari bahwa ketakutanya
itu tidak rasional tapi dia tetap merasakan kecemasan (mulai dari
rasa rasa serba salah yang amat sangat sampai panik) yang hanya dapat diredakan
dengan menghindari benda atau situasi yang menakutkan itu. Rasa takut biasanya
tidak didiagnosa sebagai gangguan fobia apabila rasa takut tersebut tidak
sangat mengganggu kehidupan sehari-hari individu tersebut.
Gangguan obsesi
kompulsif
Orang yang mengalami gangguan obsesi kompulsi merasa
terpaksa berpikir tentang hal-hal tidak mereka inginkan.
Obsesi: gangguan terus menerus dari pikiran/bayangan yang
tidak diinginkan.
Kompulsif: desakan yang
tak tertahankan untuk melaksanakan tindakan/ritual rutin tertentu.
Pikiran obsesi dapat dikaitkan dengan tindakan kompulsif
(misalnya,pikiran tentang kuman penyakit yang dihubungkan dengan kompulsi untuk
mencuci alat-alat makan berkali-kali sebelum dipakai).
Individu yang mengalami gangguan obsesi kompulsif,pikiran
dan desakan ini sangat mengganggu tetapi merasa tak berdaya mengendalikannya.
2.
Gangguan afektif
Gangguan afektif adalah gangguan pada afeksi atau suasana
hati (mood). Orang yang terganggu ini dapat
mengalami depresi atau manik (girang yang tidak wajar) yang parah
atau dapat berganti-ganti antara saat-saat
depresi atau manik (girang yang tidak wajar)
yang parah dan dapat berganti-ganti antara
saat-saat depresi atau saat-saat panik. Perubahan
suasana hati semacam ini mungkin saja sangat parah sehingga individu tersebut
perlu dirumahsakitkan.
·
Episode manik
Episode manik
ringan (hipomania) orangnya penuh energi ,antusias dan percaya diri. Terus berbicara,
berpindah-pindah kegiatan tanpa memikirkan waktu tidur yang cukup, dan membuat
rencana-rencana besar tetapi tidak diimbangi dengan pelaksanaannya. Perilaku
manik bersifat mendesak dan seringkali lebih mengekspresikan rasa kebencian
daripada kegembiraan.
Episode manik
yang parah ( mania) berperilaku seperti konsep yang terkenal tentang “raving maniak” . Mereka sangat
bersemangat dan harus selalu aktif. Mereka dapat
bolak-balik,menyanyi,berteriak, atau memukul-mukul dinding selama berjam-jam.
Akan marah dan menjadi ganas bila ada orang yang mengganggu kegiatan mereka.
Gangguan manik
depresi
Individu yang mengalami manik dan mengalami depresi
secara berganti-ganti dalam suatu episode yang bersamaan. Kondisi ini disebut
sebagai gangguan bipolar; individu beralih dari satu kutub perasaan ke kutub
perasaan yang lain.
Gangguan
bipolar atau gangguan manik depresif jarang terjadi. Gangguan manik depresif
berbeda dengan gangguan afeksi lainnya karena gangguan ini cenderung terjadi
pada usia yang lebih muda,lebih mungkin terjadi dalam keluarga,memberi respons
pada beberapa pengobatan terapis yang berbeda, dan mudah terjadi lagi bila
tidak diobati.
·
Skisofrenia
Gangguan yang ditandai dengan parahnya,
a.
Kekacauan kepribadian.
b.
Distorsi realita.
c.
Ketidakmampuan
untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Biasanya muncul
pada umur sangat muda; puncaknya antara umur 25 th-35 th. Kadang-kadang
berkembang secara lamban sebagai proses yang sedikit demi sedikit. Meningkat
pada perilaku mengasingkan diri dan perilaku yang tidak wajar. Gangguan skisofrenia
dapat juga terjadi secara tiba-tiba, ditandai dengan kerancuan yang intens dan
kekacauan emosi.
Kasus ini
timbul dengan segera yang disebabkan oleh adanya saat stress pada individu yang
memiliki gaya hidup :
− Cenderung menyendiri.
− Suka bekerja sendiri.
− Merasa tidak aman.
Ciri-ciri
Skisofrenia :
a. Kekacauan
Pikiran dan Perhatian.
Kesulitan umum untuk menyaring stimulus yang relevan.
Individu tersebut menanggapi begitu banyak
stimulus yang bersamaan dan sulit mengambil makna.Pembicaraan para penderita
ini tidak relevan, tidak ada ujung pangkalnya.
b. Kekacauan Persepsi.
Dalam fase yang akut seringkali dilaporkan bahwa dunia
tampak lain bagi penderita tersebut.
Ketidakmampuan memahami sesuatu sebagai suatu keseluruhan.
c. Kekacauan
Afektif.
d. Tidak dapat
merespon rangsangan emosional secara wajar dan normal. Namun ekspresi
emosi yang datar ini/tumpul ini dapat
menyembunyikan kekacauan dalam hatinya dan dapat
tiba-tiba sangat marah. Kadang-kadang penderita mengukapkan perasan yang
tidak relevan dengan situasi/pikiran yang
diungkapkan.
e. Delusi dan Halusinasi.
Penderita dengan tahap akut dalam proses pikiran dan persepsi yang
menyimpang
disertai pula
dengan berbagai delusi. Delusi yang paling umum adalah keyakinan bahwa kekuatan
eksternal mencoba mengendalikan pikiran dan tindakan orang tersebut.
- Delusi
penganiayaan : Paranoid.
- Delusi
kehebatan :
Orang tersebut
kuat dan penting.
Halusinasi
dapat terjadi sendiri atau merupakan bagian dari keyakinan.
- Halusinasi
Auditorik :
Suara-suara.
- Halusinasi
Visual :
Melihat
mahluk-mahluk aneh,malaikat.
- Halusinasi Sensorik : Bau busuk, rasa racun, perasaan disentuh.
3. Gangguan
Kepribadian
Gangguan kepribadian merupakan cara-cara yang tidak dewasa dan tidak
wajar dalam mengatasi stress atau memecahkan masalah. Sifat-sifat tersebut
biasanya muncul pada masa remaja dan dapat berlangsung sepanjang hidup.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Jadi
dapat disimpulkan bahwa perilaku abnormal itu adalah perilaku yang jarang
ditemukan, melanggar norma sosial, menciptakan tekanan bagi yang mengalaminya,
yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk hidup normal, dan menjadi
respons yang tidak diharapkan oleh lingkungan. Oleh karena itu, suatu
perilaku yang dianggap abnormal adalah perilaku yang sesuai dengan criteria
diatas. Dimana harus terdapat semua criteria yang sesuai agar dapat digolongkan
sebagai perilaku abnormal. Sebab tidak semua perilaku abnormal yang sesuai
dengan satu criteria, juga akan sesuai untuk kriteria yang lainnya.
3.2. Saran
Kita perlu memahami
perilaku abnormal seseorang, sebab “Orang Berperilaku Abnormal” biasanya tampak
di dalam kelas dan bahkan dia menampakkan perilaku bermasalah itu di dalam
keseluruhan interaksi dengan lingkungannya.
Manusia merupakan
individu yang khas, penghampiran terhadap permasalahan individu memerlukan
penanganan yang berbeda. Teknik-teknik membantu mahasiswa berperilaku abnormal
memberikan wawasan dalam memberikan bantuan terhadap murid bermasalah.
Jadi sebagai sesama
manusia, kita harus mengetahui mengapa itu bisa terjadi dan seorang mahasiswa
yang baik harus bisa mengerti apa yang dialami oleh teman sekitarnya dengan
baik dan solusi yang tepat agar orang yang berprilaku abnormal dapat keluar
dari masalah yang dihadapi.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat,A.Aziz Alimul.2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan,
Surabaya: Salemba Medika.
Sarwono, Sarlito Wirawan.1983.Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Suyati, Sri. dkk. 1995. Psikologi Industri dan Sosial, Semarang
: Pustaka Jaya.
King, Laura A., 2010. Psikologi
Dasar, Jakarta : Salemba Humanika
Nevid, Jeffrey S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal, Edisi ke 5. Jakarta: PT. Gramedia
Nevid, Jeffrey S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal, Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama
makalahnya cukup membantu saya untuk mengerjakan tugas ! tetapi tulisan untuk diblognya terlalu membuat pembaca susah mengerti
BalasHapus